RADARDEPOK.COM, DEPOK - Pemerintah harus melakukan langkah tegas dengan pebisnis di kawasan Jalan Margonda Raya, pasalnya pengunaan air tanah masih marak dilakukan sehingga penggunaan air jaringan perpipaan masih terbilang minim.
"Kami sudah lakukan strategi dengan membuat kebijakan disinsentif dan insentif, yang membuat nilai pajak air tanah lebih besar daripada tarif air jaringan perpipaan," ungkap Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Depok, Wahid Suryono.
Kebijakan tersebut atas ide dari Pemprov Jabar, Depok, hingga PDAM Tirta Asasta untuk memaksimalkan pelaku usaha yang membandel dengan tetap menggunakan air tanah.
Sebab, lanjut Wahid, menggunakan air jaringan perpipaan dapat menyelamatkan kesehatan masyarakat serta lingkungan akibat air dipermukaan terua disedot.
Jadi dengan adanya kebijakan dari strategi tersebut, hitungannya akan lebih murah dengan berlangganan pada air perpipaan dibandingkan menggunakan air tanah karena ada pajak besar yang harus dibayar.
"Jadi disinsentif untuk pajak, insentif untuk air dari perpipaan. Jadinya tarif air perpipaan lebih murah. Ini diharapkan akan mendorong minat orang-orang dari dunia usaha untuk beralih menggunakan air perpipaan," harapnya.
Menurut Wahid, pajak air tanah itu kewenangannya ada di Pemprov Jawa Barat yang bergantung dari pemakaian. Efek dari kebijakan disinsentif-insentif sudah mulai terlihat setelah salah satu perusahaan di Jalan Raya Bogor beralih ke air perpipaan.
Selain dari regulasi pajak air tanah, Wahid mengatakan, Pemkot Depok juga berinvestasi ke PDAM Tirta Asasta yang sudah berstatus perseroda untuk mendorong perluasan jaringan perpipaannya.
Cara terakhir yang disampaikan Wahid agar penggunaan air jaringan perpipaan semakin masif adalah usaha dari internal PDAM sendiri untuk bekerja sama dengan pihak swasta yang hendak membangun usaha.
"Jadi kalau ada badam usaha yang ingin membuka usaha, PDAM akan bangun jaringan distribusi utama. Nanti skemanya tinggal hitung-hitungan saja. Itu juga upaya untuk bisa memperluas pengguaan air perpipaan milik PDAM," tutup Wahid. (rd/arn)
Jurnalis : Arnet Kelmanutu
Editor : Junior Williandro