Oleh: Dahlan Iskan
RADAR JABAR- geothermal itu tidak laki-laki tidak perempuan. Saya baru tiba di ruang itu ketika seseorang mengatakannya. Saya tengok siapa ia: oh.. Direktur Utama PLN Dr Darmawan Prasojo.
Saya pun diminta duduk di sebelah kanannya. Di ruang tunggu di Hotel Bidakara, Jakarta, kemarin. Saya ingin terus mendengarkan kenapa jenis kelamin dibicarakan di situ.
Di sebelah kanan saya lagi ada Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto. Yakni komisi yang membidangi energi dan riset.
Baca Juga: Ekonomi Jawa Barat Triwulan IV 2022 Tumbuh 4,61 Persen
Kemarin itu kami sama-sama menunggu dimulainya acara tahunan penghargaan atas prestasi-prestasi di bidang kelistrikan Indonesia. Sudah hampir 10 tahun saya absen di acara seperti ini.
Yang dimaksud ”banci” oleh Dr Darmo (begitu panggilan dirut PLN) itu adalah skema proses bisnis geothermal. “Harusnya ikut tata cara migas,” kata Dr Darmo. Yakni ada perhitungan cost recovery.
PLN sangat berkepentingan agar seluruh potensi geothermal bisa jadi listrik beneran. Listriknya sangat hijau. Juga murah. Apalagi di tengah tekanan agar PLN segera mengakhiri sumber listrik dari batu bara.
Baca Juga: Pengamat Publik Sukabumi Minta Perkuat UMKM, Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19
Anda sudah tahu: potensi listrik dari geothermal setidaknya masih 20.000 MW. Ada yang menyebut 28.000 MW. Tapi mewujudkannya sulit: pemenang tendernya sulit mendapat pendanaan. Itu karena sumber dana menginginkan kepastian: benarkah ditemukan sumber panas bumi di lokasi itu. Kalau pun ada, benarkah besarnya seperti yang ada di dokumen tender.
Satu-satunya jalan untuk mendapatkan data itu hanyalah: lakukan pengeboran! Tapi biaya pengeboran itu bisa mencapai Rp 75 miliar. Satu sumur. Mahal sekali. Inul Daratista memang bisa ngebor, lebih murah, tapi tidak cocok untuk geothermal.
Padahal, setelah menghabiskan uang sebanyak itu, belum tentu ditemukan panas bumi di situ. Padahal pula, di satu lokasi tender harus dilakukan pengeboran sampai 5 sumur: untuk mendapatkan jumlah panas bumi yang cukup ekonomis bagi membangkitkan listrik.
Baca Juga: Tidak Seperti Bayangan LBP, 3 Catatan Soal Pemakaian Kendaraan Listrik di Daerah
Maka sahut-menyahut terjadi di ruang tunggu itu. Banyak tokoh listrik di situ. Diskusi tanpa moderator pun berlangsung asyik. Kesimpulan pun bisa didapat: perlu dana negara untuk mengatasi kebuntuan geothermal.
Artikel Terkait
Jutaan Kelelawar Berkembang Biak di Goa Lalay, Atraksinya Menarik Perhatian Wisatawan
Tidak Seperti Bayangan LBP, 3 Catatan Soal Pemakaian Kendaraan Listrik di Daerah
5 Daerah Ini Pengahsil Padi Terbesar di Jawa Barat
Tak Beradab, Seorang Pendaki Menyalakan Smoke Bomb di Puncak Gunung Gede Pangrango Viral