RADAR JABAR - Belakangan masyarakat dihebohkan dengan pemberitaan mengenai sengketa tanah hingga menyebabkan bentrokan hebat di Pulau Rempang, Batam.
Tak sedikit warga terlibat dalam bentrokan hebat di Pulau Rempang melawan aparat. Hal ini dipicu dari rencana pengembangan kawasan wisata baru, Rempang Eco City.
Bentrokan hebat di Pulau Rempang antara warga yang bersikukuh mempertahankan tanahnya dengan aparat yang ditugaskan tidak dapat dielakkan, sehingga situasi chaos dan beberapa kali sempat ricuh.
Akibatnya usai bentrokan hebat di Pulang Rempang yang terjadi saat aksi penolakan warga terhadap rencana proyek Rempang Eco City, sebagian dari warga mengalami luka-luka menyusul situasi penolakan yang kian ricuh.
Atas peristiwa tersebut, sejumlah pihak tertuju menyoroti bentrokam hebat di Pulau Rempang atas isu sengketa lahan dan konflik penguasaan Pulau Rempang antara pihak BP Batam dan masyarakat adat setempat.
Sejumlah tokoh nasional turut menanggapi isu yang menjadi hangat diperbincangkan ini, tidak terkecuali dengan pendakwah kondang asli Kepulauan Riau, Ustad Abdul Somad.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini, 19 September. Pagi hingga Siang Cerah Berawan Sore Hujan Ringan
Ustad Abdul Somad yang merupakan sosok pendakwah kondang itu turut berkomentar usai bentrok penolakan penguasaan lahan untuk Rempang Eco City.
Dalam unggahannya menanggapi kisruh yang terjadi di Pulau Rempang dan Galang, Ustad Abdul Somad atau UAS, menyebutkan bahwa masyarakat rempang merupakan prajurit terbilang.
Hal itu sebagaimana ia ungkapkan dengan menyadur perkataan salah seorang cendekiawan Melayu Prof. Dr. Dato' Abdul Malik, M. Pd.
Baca Juga: Melan Maulana Resmi Nahkodai MPC Pemuda Pancasila Kota Sukabumi, Ini Terobosannya!
"Sebetulnya penduduk asli Rempang, Galang dan Bulang adalah keturunan para prajurit Kesultanan Riau Lingga yang sudah eksis sejak 1720 masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I," tulis UAS seraya menukil seorang cendekiawan Melayu tersebut, dikutip JawaPos.com dari akun Instagram @ustadzabdulsomad_official.
Mereka inilah yang pada zamannya itu menjadi prajurit Raja Haji Fisabilillah selama Perang Riau I (1782-1784). Dibawah pimpinan Sultan Mahmud Riayat Syah, mereka menjadi prajurit pada Perang Riau II (1784-1787).
Artikel Terkait
7 Tahun Konflik, Pemilihan Ketua PPPSRS Bogor Valley Akhirnya Sah Dimenangkan Warga
Drama Konflik Ketenagakerjaan PT BIG dan Garteks di Sukabumi Akhirnya Berujung, Apa Hasilnya?
Ada 10 Desa yang Rawan Konflik Pilkades, Ini Kata Bupati Cianjur
Dua Hektare Lahan Kebun Bambu di Kecamatan Simpenan Sukabumi Ludes Dilalap Api
Kebakaran Lahan di Gunung Sunda Kecamatan Cisaat dan Gunungguruh, Begini Kronologinya!