RADAR JABAR - Duduk perkara konflik antara warga dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam terkait yang mengakinatkan bentrokan di Pulau Rempang, hingga saat ini masih berlanjut.
Sebagian pihak menganggap pemerintah tengah melakukan tindakan penggusuran tempat tinggal warga hingga meunculkan bentrokan hebat di Pulau Rempang.
Hal itu dilakukan pemerintah karena sebagian daerah di Pulau itu akan dijadikan proyek pembangunan kawasan Rempang Eco City oleh BP Batam dan PT Makmur Elok Graha (MEG)
Namun langkah pembebasan ini terus menuai penolakan. Bentrokan hebat di Pulau Rempang sendiri sudah memakan korban dari mulai anak kecil hingga orang dewasa.
Baca Juga: Kejam, Kelompok Kriminal Bersenjata Kodap 35 Bintang Timur Bakar Pasar dan Kios
Belum lama ini, Presiden Jokowi menilai, bentrokan hebat di Pulau Rempang ini terjadi karena kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Meski demikian, perkataan yang diungkapkan pada, Jumat (15/9), seperti dilansir dari JawaPos.com, Jokwowi sudah menghubungi Kapolri Listyo Sigit Prabowo untuk terus berkomunikasi lebih lanjut dengan aparat.
Jokowi juga mengatakan jika konflik lahan di Pulau Rempang ini tinggal diselesaikan dengan memberi ganti rugi. Ia mewanti-wanti instansi pemerintah terkait tidak melakukan pendekatan yang represif terhadap masyarakat.
Sementara itu, tokoh masyarakat Riau Hj Azlaini Agus menyampaikan informasi yang dikutipnya dari Kitab Tuhfat An-Nafis karya Raja Ali Haji (terbit perdana tahun 1890).
Baca Juga: Rumah Warga Roboh Diterjang Hujan Deras Disertai Angin Kencang di Kecamatan Kalapanunggal
Dalam buku tersebut, menuut Azlaini dijelaskan bahwa penduduk Pulau Rempang, Galang dan Bulang adalah keturunan dari prajurit-prajurit atau Laskar Kesultanan Riau Lingga.
Menurut pengakuannya, warga sudah mendiami pulau tersebut sejak tahun 1720 Masehi di masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah I.
“Jadi adalah keliru jika penguasa negara Indonesia menganggap penduduk 16 kampung tua di Pulau Rempang sebagai pendatang," tutur Azlaini.
"Penduduk Melayu yang berdiam di Pulau Rempang, termasuk juga Galang dan Bulang sudah eksis sejak lebih dari 300 tahun yang lalu, beranak-pinak berketurunan, hidup mendiami pulau tersebut serta menjaga nilai dan tradisi nenek moyang mereka sampai hari ini,” tambahnya.
Baca Juga: Polisi Ringkus 10 Pelaku Curanmor di Bandara Soetta, Waspada! Modusnya Nyamar Jadi Petugas Leasing
Berarti, sambung Azlaini, sudah membuktikan jika Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman budaya yang perlu dilestarikan dan dijaga untuk anak cucu kita nanti.
Lantas, apa yang menarik dari Pulau Rempang? Dilansir dari Jawa Pos, Berikut ulasannya!
Pulau Rempang secara administratif terletak di wilayah pemerintahan Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, sekitar 3 km sebelah tenggara Pulau Batam. Pulau Rempang sendiri mempunyai luas sekitar 16.583 hektar yang meliputi dua kecamatan yaitu Rempang Cate dan Sembulang.
Dikutip Lombok Post, jumlah penduduk Pulau Remang diperkirakan sekitar 5.000 jiwa (tidak termasuk Galang dan Bulang), yang mata pencahariannya sebagian besar adalah menangkap ikan dan berdagang.
Baca Juga: Sekda Jabar: Jawa Barat Patut Jadi Contoh dalam Mereformasi Birokasi Melalui Transformasi Digital
Pulau Rempang terkenal dengan keindahan alamnya yang tersembunyi dan menjadi tujuan wisata. Seperti lambang khas Kota Batam, adalah Jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Rempang dengan pulau-pulau lainnya.
Artikel Terkait
Belasan Hektare Lahan Garapan Warga di Puncak Habibi Cisolok Kabupaten Sukabumi Ludes Dilalap Api
Pasca Darurat Sampah di Bandung Raya, Pemkot Bandung Sediakan Lahan 2 Hektar di Kawasan GBLA
Dua Hektare Lahan Kebun Bambu di Kecamatan Simpenan Sukabumi Ludes Dilalap Api
Kebakaran Lahan di Gunung Sunda Kecamatan Cisaat dan Gunungguruh, Begini Kronologinya!
Penghargaan Terhadap Nilai Historis, Warga Pulau Rempang Rela Bentrok Hebat dengan Aparat